Strategi Komunikasi Produk Fintech: Perspektif CEO & Product Manager
Strategi Komunikasi Fintech dalam Menangani Difusi Produk untuk Mencapai Product-Market Fit yang Berkelanjutan

Dalam lanskap fintech yang bergerak sangat cepat, banyak startup percaya bahwa pencapaian puluhan ribu pengguna awal sama artinya dengan kesuksesan jangka panjang. Namun, kenyataannya banyak fintech berhenti tumbuh karena gagal menjembatani jurang adopsi antara pengguna awal dan pasar mayoritas, sebuah konsep yang penting bagi CEO dan C-Level dalam merumuskan Strategi Komunikasi Produk Fintech dan pertumbuhan produk. (Wikipedia)
1. Difusi Inovasi dan Peran Strategi Komunikasi
Teori Diffusion of Innovation oleh Everett Rogers — yang juga menjadi dasar buku Geoffrey A. Moore Crossing the Chasm — menjelaskan bahwa produk teknologi harus melewati lima segmen pengadopsi: inovator, pengadopsi awal, mayoritas awal, mayoritas akhir, dan laggards. Jurang (chasm) muncul ketika perusahaan gagal mengubah pendekatan komunikasi dari yang menarik pengguna awal ke yang meyakinkan pasar mayoritas. (Wikipedia)
Bagi CEO dan C-Level, ini berarti Strategi Komunikasi Produk Fintech tidak lagi tentang hype teknologi tetapi tentang membangun kredibilitas, kepercayaan, dan bukti manfaat nyata dalam konteks bisnis, regulasi, dan keamanan — aspek yang sangat penting di industri keuangan termasuk sekuritas. (Springer)

📚 Referensi Buku:
- Geoffrey A. Moore — Crossing the Chasm: Menjelaskan strategi untuk melewati jurang adopsi pasar melalui segmen yang fokus dan pesan yang tepat. (Wikipedia)
- Financial Technology: Konsep, Inovasi dan Implementasi dalam Ekonomi Digital: Membahas konsep dasar fintech termasuk tantangan adopsi dan penerimaan teknologi secara luas. (Uingusdur Publishing)
📚 Referensi Jurnal:
- Facilitating innovation in FinTech: a review and research agenda—Review of Managerial Science: Menegaskan peran regulasi dan strategi komunikasi dalam mendorong inovasi fintech. (Springer)
- Predicting Fintech Innovation Adoption—Financial Innovation: Menjelaskan bagaimana norma sosial, sikap, dan persepsi memengaruhi adopsi teknologi finansial. (SpringerLink)
- A comprehensive analysis of FinTech (1968–2025): Future Business Journal: Menguraikan tren teori adopsi teknologi yang relevan untuk strategi produk. (SpringerLink)
📊 2. Evolusi Strategi Komunikasi Produk Fintech Sesuai Fase Produk
Untuk fintech yang ingin mencapai skala pertumbuhan, narasi komunikasi harus berubah mengikuti fase produk:
🔹 Pra-Chasm (Pengguna Awal)
Fokus pada inovasi, kecepatan, dan fitur disruptif yang menarik pengadopsi awal.
🔹 Crossing the Chasm (Menuju Pasar Mayoritas)
Fokus pada bukti hasil nyata, keamanan, compliance, dan nilai bisnis. Di tahap ini, pesan komunikasi harus menekankan:
- keamanan data dan transaksi,
- kepatuhan terhadap regulasi otoritas seperti OJK atau regulator lain,
- studi kasus pengguna nyata,
- dukungan layanan pelanggan profesional.
📚 Riset akademis menunjukkan bahwa strategi regulasi-aware dan edukasi pengguna secara signifikan meningkatkan adopsi fintech di segmen pasar yang lebih luas, termasuk di kota besar dan kawasan pedesaan. (SpringerLink)
📌 3. Taktik Komunikasi untuk Menjembatani Jurang Adopsi
Berikut adalah taktik yang dapat diterapkan oleh tim Product, Marketing, dan Business Development dalam strategi komunikasi product fintech:
🎯 a. Whole Product Approach
Daripada hanya menjual fitur teknologi, komunikasikan solusi lengkap yang termasuk dukungan layanan, keamanan, dan integrasi partner strategis. Ini penting untuk pragmatists yang cenderung membeli solusi yang sudah siap pakai.
📢 b. Social Proof & Kredibilitas Institusional
Tampilkan social proof melalui:
- sertifikasi regulator,
- kemitraan dengan lembaga keuangan besar,
- audit keamanan TI dari pihak independen.
Penelitian literatur fintech menunjukkan bahwa bukti ini meningkatkan kepercayaan pengguna dan mempercepat adopsi oleh segmen mayoritas. (STIE Amkop Journal)
🔄 c. Reframing dari “Gain” ke “Risk Mitigation”
Alihkan pesan dari janji kenaikan potensi keuntungan menjadi pengurangan risiko investasi, keamanan portofolio, dan perlindungan pengguna, terutama di sektor sekuritas dan wealth management.
3. Contoh Praktis dari Product Manager di Perusahaan Sekuritas
Menurut Ridwan Noor Riandi selaku Sekuritas Product Manager “Dalam industri fintech dan sekuritas, kegagalan produk jarang terjadi karena fitur yang buruk.
Lebih sering, kegagalan terjadi karena pesan produk tidak dipahami oleh segmen pasar yang tepat.”
Ini adalah realita yang hampir setiap hari dialami di perusahaan sekuritas:
- fitur sudah lengkap,
- sistem sudah comply,
- tapi adopsi stagnan.
Masalahnya bukan pada teknologi — melainkan strategi komunikasi produk.
a. Difusi Inovasi: Masalah Klasik yang Terjadi Setiap Hari di Sekuritas
Teori Diffusion of Innovations (Rogers) dan Crossing the Chasm (Moore) menjelaskan bahwa mayoritas produk gagal saat berpindah dari early adopters ke early majority.

Contoh harian di sekuritas:
- Early adopters: trader aktif, user yang tech-savvy, terbiasa dengan indikator kompleks.
- Early majority (pragmatic investors): investor ritel mapan, corporate client, atau HNWI yang bertanya:
“Ini aman nggak?”
“Kalau market crash, apa yang dilindungi?”
“Apakah sistem ini diawasi regulator?”
Namun, komunikasi produk seringnya masih berbicara ke trader, bukan ke investor pragmatis.
📚 Referensi utama:
- Rogers, E. M. (2003). Diffusion of Innovations.
- Moore, G. A. (2014). Crossing the Chasm.
b. Strategi Komunikasi Produk: Dari Fitur ke Kepercayaan Nasabah
Kesalahan yang sering terjadi di sekuritas (daily reality):
Product Manager dan tim marketing terlalu fokus pada:
- charting tools,
- indikator teknikal,
- kecepatan eksekusi order.
Padahal, nasabah sekuritas setiap hari lebih peduli pada:
- keamanan dana,
- stabilitas sistem saat market volatile,
- transparansi fee,
- kejelasan proses settlement.
Contoh nyata:
Saat IHSG volatil, user tidak membuka aplikasi untuk eksplor fitur baru, tapi untuk:
- memastikan portofolionya aman,
- memastikan aplikasi tidak down,
- mencari reassurance.
📚 Didukung oleh riset:
- Financial Innovation Journal — adopsi fintech dipengaruhi kuat oleh trust dan perceived risk.
4. Whole Product Approach: Masalah yang Sering Diremehkan
Menurut Moore, pragmatists tidak membeli produk — mereka membeli solusi lengkap.
Yang sering terjadi di sekuritas:
- Fitur sudah ada
- Tapi:
- edukasi minim,
- onboarding tidak adaptif,
- customer support tidak dikomunikasikan sebagai bagian produk.
Contoh harian:
Investor baru sering:
- salah paham antara buy, settlement, dan withdrawal,
- panik saat dana belum masuk di hari yang sama,
- menyalahkan aplikasi, padahal itu mekanisme pasar.
Ini bukan masalah UX semata, tapi kegagalan komunikasi produk end-to-end.
📚 Referensi:
- Cagan, M. (2018). Inspired.
- Journal of Product Innovation Management.
5. Social Proof & Regulasi: Faktor Penentu di Dunia Sekuritas
Berbeda dengan startup non-finansial, kepercayaan di sekuritas tidak bisa dibangun dengan storytelling saja.
Contoh nyata sehari-hari:
- Nasabah bertanya:
“Ini diawasi siapa?”
- Bahkan sebelum bertanya soal return.
Karena itu, komunikasi produk harus eksplisit menampilkan:
- kepatuhan terhadap Otoritas Jasa Keuangan,
- proses audit,
- pemisahan dana nasabah,
- mekanisme risk control.
📚 Didukung oleh jurnal:
- Review of Managerial Science
- Technological Forecasting & Social Change
6. Reframing Narasi: Dari “Potensi Profit” ke “Manajemen Risiko”
Realita lapangan:
Saat market bullish, promosi return mungkin efektif.
Namun setiap kali market koreksi, user yang bertahan adalah mereka yang merasa:
- diproteksi,
- dipandu,
- diberi konteks.
Contoh konkret:
Daripada:
“Gunakan fitur ini untuk cuan maksimal”
Narasi yang lebih efektif bagi pragmatic investors:
“Fitur ini membantu Anda mengontrol risiko saat market tidak menentu.”
📚 Referensi akademik:
- Kotler et al. (2021). Marketing 5.0
- Future Business Journal
7. Implikasi Strategis bagi CEO, C-Level, dan Business Development
Bagi eksekutif sekuritas dan fintech, pelajaran terbesarnya adalah:
- Product-market fit bukan hanya product problem
- Tapi communication & narrative problem
Dampak langsung ke business development:
- Produk yang komunikasinya matang → lebih mudah kerja sama institusi
- Lebih dipercaya oleh klien korporasi
- Lebih sustain saat market tidak ideal
- Journal of Product Innovation Management merupakan salah satu jurnal utama yang mengulas best practice dalam inovasi dan pengembangan produk baru secara ilmiah. (Wikipedia)
Kesimpulan: Komunikasi sebagai Pendorong Pertumbuhan Strategis
Strategi komunikasi dalam fintech bukan hanya soal pemasaran — ini adalah komponen strategis dalam product management dan business development yang menentukan apakah produk dapat melintasi jurang adopsi dan mencapai product-market fit yang nyata. Dengan memadukan strategi komunikasi yang tepat, bukti empiris, serta studi dari literatur akademik, CEO dan tim dapat mempercepat adopsi pasar utama dan memperluas pangsa pasar secara berkelanjutan. (sciencedirect.com)